SIFAT QIDAM ALLAH
1.Pengertian Sifat Qidam
(Lihat Lisanul Arab 5/3552, Qamus Al – Muhith 3/506, Mukhtar Ash-Shihhah hal. 525, dan lainnya). Sedang
definisi Qidam untuk sifat Allah menurut ahli kalam adalah “Bahwa Allah
Ta’ala tidak ada awal untuk keberadaannya dan IA tidak didahului dengan
ketidak-adaan, adalah Allah ada dan tidak ada sesuatupun selain
diri-Nya, kemudian IA menciptakan makhluk” (Iqtinash Al-Awaly Min
Iqtishad Al-Ghazali, oleh DR. Muhammad Rabi’ Jauhari hal. 73)
Adapun Arti Qidam secara harfiyah adalah yang terdahulu, secara ma'any arti Qidam terbagi kepada3 pengertian
1. Qidam Idlofi, lamanya sesuatu karena disandarkan kepada yang lain, seperti ayah Qidam kalau disandarkan kepada anak, tetapi kalau disandarkan kepada kakek, ayah tidak Qidam.
2. Qidam Zamani, lamanya sesuatu karena memang sudah lama zamannya tetapi didahului dengan tidak ada, seperti Qidamnya alam semesta.
3. Qidam Dzati, lamanya sesuatu tidak diawali dengan tidak ada, tidak bersandar kepada adanya yang lain dan tidak terikat zaman, yakni Qidamnya Allah SWT.
Dengan demikian bahwa Allah itu qadim (tiada permulaan wujud-Nya). Adapun dalil naqli dan naqlinya:
2.Dalil Sifat Qidam
Dialah Tuhan yang awal tiada permulaan dan yang akhir tiada kesudahan. (Al Hadid: 3)
Adapaun
Kata Qidam / Qadim dalam Al – Qur’an dan Sunnah Ada empat tempat
penyebutan kata Qadim dalam Al – Qur’an yaitu dalam surat (Qs. Yusuf:
95, Yasin: 39, Al – Ahqaf:11, dan Asy – Syu’ara:75 dsn 76). Lafadh Qadim
yang ada pada empat tempat tersebut menunjukkan pada sifat bagi
makhluk. (Kekeliruan yang dahulu, sebagai bentuk tanda yang tua, dusta
yang lama, dan nenek moyangmu yang dahulu).
Sedang didalam hadits
disebutkan bahwa Rasulullah Saw apabila masuk masjid beliau berdoa:
(Artinya): “Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dengan wajah –
Nya yang mulia dan dengan kekuasaannya yang Qadim (terdahulu) dari
syaithan yang terkutuk”. (HR. Abu Dawud) lafadh Qadim pada hadits ini
menunjukkan pada sifat bagi kekuasaan Allah.
Pembahasan
kita di dalam bab ini berkisar di sekitar dalil-dalil atas sifat kedua
yang wajib bagi ALLAH SWT yaitu sifat Qidam. Artinya, kita hendak
menunjukkan bahawa wajib ALLAH SWT itu bersifat Qidam melalui
dalil-dalil dan buktinya.
Sebelum itu, Sebaiknya juga
kita sentuh sedikit tentang pengajian kita yang awal dulu yaitu semasa
kita membahaskan dalil yang menunjukkan ALLAH itu bersifat Wujud yang
diterangkan oleh kelompok 1.
Dalil bagi menunjukkan
wujudnya ALLAH SWT ialah dengan baharunya alam ini. Dan baharunya alam
ini adalah kerana ia tergabung di antara jirim dan ' aradh Jirim
sepertimana yang kita ketahui adalah sesuatu yang mengambil tempat
lapang. Dengan yang demikian, jirim itu bersifat baharu. Selain dari
itu, 'aradh yang berdiri pada jirim itu, keadaannya sentiasa
berubah-ubah, maka 'aradh itu bersifat baharu. Oleh kerana 'aradh
berdiri di atas jirim, maka baharunya 'aradh membawa kepada baharunya
jirim.
Jadi, kalau jirim dan 'aradh bersifat baharu
sedangkan 'aradh dan jirim adalah gabungan yang menjadikan alam, maka
dengan sendirinya alam juga baharu. Kalau alam ini baharu, tentulah ada
yang membaharukannya. Yang membaharukannya atau yang menjadikannya
adalah ALLAH SWT. Dari itu, jelas membuktikan wujudnya ALLAH SWT. :
Berikutan
dari pengertian kita tentang wujudnya ALLAH SWT itu, maka di sini kita
akan memerhatikan pula tentang dalil yang menunjukkan ALLAH SWT bersifat
Qidam atau bersifat sedia. Erti sedia bagi ALLAH SWT ialah bahawa ALLAH
SWT tidak didahului oleh tiada atau dalam artikata yang lain, ALLAH SWT
tidak ada permulaan.
Perbahasan yang mudah kita fahami
yang dapat kita buat secara ringkas bagi menunjukkan bahawa wajib ALLAH
SWT itu bersifat qidam ialah, kalau ALLAH SWT tidak bersifat Qidam atau
sedia, maka tentulah akal kita akan berkata yang ALLAH itu baharu. Dan
kalaulah ALLAH itu baharu, tentulah ada yang membaharukan-Nya atau yang
menjadikan-Nya.
SIFAT MUSTAHIL HUDUS
Sifat
mustahil yang kedua bagi ALLAH SWT ialah “hudus” yang ertinya "baharu".
Iaitu ada perrnulaan bagi wujud ALLAH SWT. Mustahil ALLAH itu baharu
atau ada permulaan. Dengan kata lain, mustahil bagi ALLAH itu pada
mula-mulanya tiada dan kemudian baharu ada sebagaimana juga mustahil
pada ALLAH itu disudahi dengan tiada. Sebaliknya, ALLAH SWT itu bersifat
kekal yang tidak bermula dan tidak berakhir. Artinya, tidak ada
permulaan bagi ALLAH dan tidak ada kesudahan bagi-Nya.
Ini
mesti kita yakin sungguh-sungguh kerana kalau tergelincir keyakinan
kita, maka kita akan jatuh syirik. Kalau ketika itu kita mati, tidak
sempat untuk bertaubat, maka kita akan kekal abadi di dalarn Neraka.
Resensi :
1. Kitab Dasuqi Ummul Barahin
2. Catatan Dinia Al muhibbin kelas 2 wustho pk
0 komentar:
Posting Komentar
Tuliskan komentar sahabat mastertricks yang sopan, yang tidak mengandung unsur penipuan dan sebagainnya.