Rabu, 27 November 2013

Sifat Qidam Dan Hudust Allah SWT

SIFAT QIDAM ALLAH
 
1.Pengertian Sifat Qidam

(Lihat Lisanul Arab 5/3552, Qamus Al – Muhith 3/506, Mukhtar Ash-Shihhah hal. 525, dan lainnya). Sedang definisi Qidam untuk sifat Allah menurut ahli kalam adalah “Bahwa Allah Ta’ala tidak ada awal untuk keberadaannya dan IA tidak didahului dengan ketidak-adaan, adalah Allah ada dan tidak ada sesuatupun selain diri-Nya, kemudian IA menciptakan makhluk” (Iqtinash Al-Awaly Min Iqtishad Al-Ghazali, oleh DR. Muhammad Rabi’ Jauhari hal. 73)

Adapun Arti Qidam secara harfiyah adalah yang terdahulu, secara ma'any arti Qidam terbagi kepada3 pengertian
1. Qidam Idlofi, lamanya sesuatu karena disandarkan kepada yang lain, seperti ayah Qidam kalau disandarkan kepada anak, tetapi kalau disandarkan kepada kakek, ayah tidak Qidam.
2. Qidam Zamani, lamanya sesuatu karena memang sudah lama zamannya tetapi didahului dengan tidak ada, seperti Qidamnya alam semesta.
3. Qidam Dzati, lamanya sesuatu tidak diawali dengan tidak ada, tidak bersandar kepada adanya yang lain dan tidak terikat zaman, yakni Qidamnya Allah SWT.

Dengan demikian bahwa Allah itu qadim (tiada permulaan wujud-Nya). Adapun dalil naqli dan naqlinya:

2.Dalil Sifat Qidam


Dialah Tuhan yang awal tiada permulaan dan yang akhir tiada kesudahan. (Al Hadid: 3)

Adapaun Kata Qidam / Qadim dalam Al – Qur’an dan Sunnah Ada empat tempat penyebutan kata Qadim dalam Al – Qur’an yaitu dalam surat (Qs. Yusuf: 95, Yasin: 39, Al – Ahqaf:11, dan Asy – Syu’ara:75 dsn 76). Lafadh Qadim yang ada pada empat tempat tersebut menunjukkan pada sifat bagi makhluk. (Kekeliruan yang dahulu, sebagai bentuk tanda yang tua, dusta yang lama, dan nenek moyangmu yang dahulu).
Sedang didalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah Saw apabila masuk masjid beliau berdoa: (Artinya): “Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dengan wajah – Nya yang mulia dan dengan kekuasaannya yang Qadim (terdahulu) dari syaithan yang terkutuk”. (HR. Abu Dawud) lafadh Qadim pada hadits ini menunjukkan pada sifat bagi kekuasaan Allah.

Pembahasan kita di dalam bab ini berkisar di sekitar dalil-dalil atas sifat kedua yang wajib bagi ALLAH SWT yaitu sifat Qidam. Artinya, kita hendak menunjukkan bahawa wajib ALLAH SWT itu bersifat Qidam melalui dalil-dalil dan buktinya.

Sebelum itu, Sebaiknya juga kita sentuh sedikit tentang pengajian kita yang awal dulu yaitu semasa kita membahaskan dalil yang menunjukkan ALLAH itu bersifat Wujud yang diterangkan oleh kelompok 1.

Dalil bagi menunjukkan wujudnya ALLAH SWT ialah dengan baharunya alam ini. Dan baharunya alam ini adalah kerana ia tergabung di antara jirim dan ' aradh Jirim sepertimana yang kita ketahui adalah sesuatu yang mengambil tempat lapang. Dengan yang demikian, jirim itu bersifat baharu. Selain dari itu, 'aradh yang berdiri pada jirim itu, keadaannya sentiasa berubah-ubah, maka 'aradh itu bersifat baharu. Oleh kerana 'aradh berdiri di atas jirim, maka baharunya 'aradh membawa kepada baharunya jirim.

Jadi, kalau jirim dan 'aradh bersifat baharu sedangkan 'aradh dan jirim adalah gabungan yang menjadikan alam, maka dengan sendirinya alam juga baharu. Kalau alam ini baharu, tentulah ada yang membaharukannya. Yang membaharukannya atau yang menjadikannya adalah ALLAH SWT. Dari itu, jelas membuktikan wujudnya ALLAH SWT. :

Berikutan dari pengertian kita tentang wujudnya ALLAH SWT itu, maka di sini kita akan memerhatikan pula tentang dalil yang menunjukkan ALLAH SWT bersifat Qidam atau bersifat sedia. Erti sedia bagi ALLAH SWT ialah bahawa ALLAH SWT tidak didahului oleh tiada atau dalam artikata yang lain, ALLAH SWT tidak ada permulaan.

Perbahasan yang mudah kita fahami yang dapat kita buat secara ringkas bagi menunjukkan bahawa wajib ALLAH SWT itu bersifat qidam ialah, kalau ALLAH SWT tidak bersifat Qidam atau sedia, maka tentulah akal kita akan berkata yang ALLAH itu baharu. Dan kalaulah ALLAH itu baharu, tentulah ada yang membaharukan-Nya atau yang menjadikan-Nya.

SIFAT MUSTAHIL HUDUS
Sifat mustahil yang kedua bagi ALLAH SWT ialah “hudus” yang ertinya "baharu". Iaitu ada perrnulaan bagi wujud ALLAH SWT. Mustahil ALLAH itu baharu atau ada permulaan. Dengan kata lain, mustahil bagi ALLAH itu pada mula-mulanya tiada dan kemudian baharu ada sebagaimana juga mustahil pada ALLAH itu disudahi dengan tiada. Sebaliknya, ALLAH SWT itu bersifat kekal yang tidak bermula dan tidak berakhir. Artinya, tidak ada permulaan bagi ALLAH dan tidak ada kesudahan bagi-Nya.

Ini mesti kita yakin sungguh-sungguh kerana kalau tergelincir keyakinan kita, maka kita akan jatuh syirik. Kalau ketika itu kita mati, tidak sempat untuk bertaubat, maka kita akan kekal abadi di dalarn Neraka.


Resensi :
1. Kitab Dasuqi Ummul Barahin
2. Catatan Dinia Al muhibbin kelas 2 wustho pk

0 komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar sahabat mastertricks yang sopan, yang tidak mengandung unsur penipuan dan sebagainnya.

Terjemah Bahasa