Sabtu, 16 November 2013

Cara Nabi dalam Mendidik Anak

Penceramah Oleh : Muhammad Idrus Lc*

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dan api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”
(Q.S. At-Tahrim: 66)
Momen bahagia yang paling berkesan bagi sepasang pengantin baru adalah perkawinan. Tapi, coba tanyakan ke setiap pasangan suami istri yang telah mempunyai keturunan, tentang manakah yang lebih membahagiakan antara peristiwa perkawinan dan dikaruniai momongan? Tentu mereka akan serentak menjawab: “dikaruniai momongan!.


Anak adalah anugerah terindah bagi setiap orang tua. Kehadirannya selalu dinanti, tidak hanya menambah “gelar” kedua orang tua, dari yang semula hanya sebagai suami dan istri bagi pasangannya, menjadi ayah dan ibu bagi anak-anaknya. Anak, merupakan aset orang tua yang berharga, yeknisebgai tumpuan harapan di dunia dan akhir nanti, anak juga merupakan sebab diangkat kedudukan kedua orang tua ke derajat yang lebih mulia di sisi Allah. Wajarlah kalau kemudian Rasul SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak anak. “Agar aku banggakan kelak di hadapan nabi-nabi lain pada han kiamat.’’ ujarnya.  
Dalam mendidik anak-anak untuk mengantarkan mereka ke gerbang kesholihan, orang tua dapat mengambil metodelogi manusia-manusia terbaik, yang terbukti efektif menjadikan anak keturunannya menjadi orang-orang yang dicintal Allah, dan dicintai pula segenap makhluk-Nya. Moteode ini akan kita ambil dari metode para nabi dan rasul Allah, yang merupakan makhluk Allah yang terbaik dengan bersama bimbingan Tuhan yang telah terbukti berhasilannya mendidik anak-anaknya agar mengikuti jejak kesholehan orang tuanya hingga menjad penerusnya.


Adapun para nabi dan rasul Allah dalam mendidik anak-anaknya dengan jalan sebagai berikut:

1. Memilihkan Iingkungan yang baik

Nabiyullah Ibrahim As. adalah satu-satunya nabi di antara sekian banyak nabi yang bergelar “abul anbiya’ wal mursalin” (bapak para nabi dan rasul). Banyak di antara anak keturunannya yang kemudian diangkat Allah sebagai nabi dan rasul. Saat baru mendapatkan anak yang sangat dinanti-nanti kelahirannya, nabi Ibrahim As membawa bayinya ke suatu lembah, yang tidak berpenghuni dan tidak ada tanaman maupun tumbuhan yang dapat dikonsumsi. Dikisahkan oleh Allah: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menempatkan dari keturunanku di lembah yang tidak ditumbuhi tanaman. Wahai Tuhanku, yang demikian itu aku lakukan agar anak keturunanku mendirikan shalat” (Qs Ibrahim 37).

Nabi Ibrahim AS tidak menjadikan kemakmuran sebagai pertimbangan utama. Tetapi, beliau menjadikan anaknya untuk belajar menerima apa adanya sehingga bayinya itu kelak tumbuh menjadi hamba yang taat juga sebagai kriteria usia anak-anak merupakan masa emas untuk menanamkan kebaikan. Kesimpulannya para orang tua harus menciptakan lingkungan atau segala suasana yang baik yang sesuai dengan usia anak.

2. Membiasakan (istiqomah) hal-hal yang baik

Tidak mudah merubah kebiasaan, terlebih bila kebiasaan itu telah mendarah daging dan menjadi karakter. Usia anak-anak merupakan masa emas untuk menanamkan kebaikan, karena di waktu itu anak masih polos dan belum mempunyai kebiasaan yang kuat. Peluang ini sebaiknya dimanfaatkan para orang tua untuk membiasakan segala hal baik yang sesuai dengan usianya. Katakanlah misalkan, membatasj nonton TV di waktu-waktu tertentu, berkata santun, pergi ke masjid, dan membantu orang tua.

3. Memberikan keteladanan kepada anak

Setiap orang tua pasti bermimpi, bahwa anak-anaknya kelak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi dengan moralitas dan intelektualitas yang terpuji. Tanpa mau terlebih dahulu memberikan keteladanan bagaimana menjadi orang yang diharapkan, orang tua hanya akan menuai angan. Sebab, untuk mendidik anak menjadi sholih, maka orang tua harus terlebih dahulu menjadi orang sholih pula, minimal, mampu menunjukkan gambaran di benak anaka naknya.

Tengoklah, Siapa yang ada di belakang ulama-ulama besar sekaliber Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Hanafi, dan Syaikh ibnu Taimiyah? Di belakang mereka, ada orang tua-orang tua yang hebat (sholih) yang memang pantas melahirkan anak-anak pilihan tersebut. Intinya untuk mendidik anak menjadi sholih, maka orang tua harus terlebih dahulu menjadi orang shalih terlebih dahulu.

4. Dialog dan diskusi tentang berbagai hal (musyawarah)

Dialog dan diskusi sering kali diperlukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi anak. Musyawarah harus di lakukan setiap saat apalagi saat dimana anak-anak mau terbuka kepada orang tua yang dipercaya sehngga orang tua lebih mampu mengatasi kesulitan yang tak terjangkau oleh akal pikirannya. Dengan cara ini pula, orang tua dapat member masukan danmengajarkan nilai-nilai agama yang belum diketahui anak secara bertahap, agar anak jadi mengerti mengapa dia disuruh berbuat ini dan di ilarang melakukan itu.

5. Pengawasan yang rutin

Dalam arti, sebagai orang tua dalam rangka mendidik anak-anaknya ia tidak boleh melepas dan tidak memberikan pengawasan. Bisa jadi, saat tidak diawasi orang tuanya anak-anak melakukan tindakan yang membahayakan dirinya dan masa depannya. Berapa banyak orang tua yang tertipu, dengan berasumsi bahwa anak-anaknya bisa dipercaya, sehingga mereka melepas begitu saja anak-anak yang seharusnya tetap selalu dalam pengawasannya kemudian anak-anak dibiarkan berbuat apa saja yang diinginkan, bergaul dengan siapa pun yang disukai. Akan tetapi ternyata asumsi (dugaan)nya itu terbukti salah. Akibatnya marah tidak lagi bermakna. Sesal, tidak berarti apa-apa.

6. Sanksi atau hukuman
Hukuman, sekalipun terkesan angker atau keras tetapi hal itu dibutuhkan dalam mendidik anak. Adanya hukuman diperlukan, saat nasihat dan peringatan tak lagi berguna dan tidak di perhatikan bagi anak-anak. Namun hukuman yang diberikan orang tua, semestinya sebagai sebuah keterpaksaan sekaligus buah dan rasa kasih sayangnya yang dalam. Bukan sebaliknya, hukuman diberikan sebagai wujud kebencian dan luapan emosi kemarahan yang tak tertahan, apa lagi dendam. Hukuman yang keluar dari kedalaman rasa kasih sayang dan kondisi yang memaksa dapat dilihat dari seberapa besar nilai manfaat dalam pendidikan, dan seberapa kecil efek negatif yang membahayakan. Semakin besar kemampuan mendidik, dan semakin tidak berbahaya sebuah hukuman, merupakan indicator dan mengapa hukuman itu diberikan. Bukti kesungguhan orang tua dalam mendidik anak, termanifestasikan ke dalam lantunan doa-doa mereka. Hampir-hampir tidak ada waktu-waktu kecuali mustajab untuk berdoa yang akan dimanfaatkan untuk memintak  pertolongan Yang Kuasa.
7. Mendoakan di setiap kesempatan
Bukti kesungguhan orang tua dalam mendidik anak, termanifestasikan ke dalam lantunan doa-doa mereka. Hampir-hampir tidak ada waktu-waktu kecuali untuk berdoakan , sehingga akan dimanfaatkan untuk memintak pertolongan dan petunjuk kehendak Yang Kuasa. Untuk itu, orang tua akan menjaga diri dan segala hal (perkataan, perbuatan, makanan, dan pakaian) yang menghalangi terkabulnya do’a, sekaligus memenuhi semua syarat pengabulannya. Karena, terkabul atau tertolaknya do’a orang tua turut menentukan “nasib” anak-anaknya. Lalu, bagaimana mungkin sebagai orang tua kita tidak mendoakan anak-anak kita.? Padahal Rasul SAW bersabda: “Tidak ada yang dapat merubah takdir, kecuali doa!”
Semoga, kita bisa menjadi orang tua yang senantiasa menyadari kewajiban dan tanggung jawab kepada anak-anak. Dan anak-anak ikta di beri ketetapan iman dan Islam, menjadi anak yang sholeh dan sholihah. Sehingga, bisa membayar kemuliaan, yang telah dianugerahkan Allah dan berhak tetap menyandang kemuliaan itu sampai pintu-pintu surga berkenan terbuka dengan keridhoan-Nya, menyambut kedatangan kita. Amin ya robbal ‘alamin.
*Penulis adalah Alumni PPTQ Nganjuk dan Universitas Ummul Quro’Makkah

Editor & Kolektor Masterkims kunjungi www.mastertrick-s.blogspot.com untuk mencari referensi lainnya terimakasih.!
Upss tinggalkan komentar atau isi buku tamu dulu ya?
Untuk e-book format Microsoft word 

https://drive.google.com/file/d/0B0iHrcqYe3WgOWxTTV9fVllGWDg/edit?usp=sharing

http://masterkimss.blogspot.com/search/label/Tausiyah%20Agama
 

0 komentar:

Posting Komentar

Tuliskan komentar sahabat mastertricks yang sopan, yang tidak mengandung unsur penipuan dan sebagainnya.

Terjemah Bahasa